BATH THAILAND DIANGGAP TERLALU KUAT HINGGA PENGARUHI EKSPOR
Share via
Kategori
Komoditi
Terbit Pada
15 December 2025
34850670
IQPlus, (15/12) - Baht Thailand terlalu kuat dan memengaruhi perekonomiannya yang bergantung pada ekspor, kata menteri keuangan negara itu pada hari Senin (15 Desember), karena mata uang tersebut mencapai level tertinggi terhadap dolar dalam lebih dari empat tahun.
Baht diperdagangkan pada 31,46 per dolar pada hari Senin. Mata uang ini telah menguat sebesar 9 persen terhadap dolar sepanjang tahun ini dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia, yang semakin menekan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara, yang telah berjuang dengan tarif AS, utang rumah tangga yang tinggi, dan konsumsi yang lemah.
Ekniti Nitithanprapas mengatakan bahwa ia telah berdiskusi dengan bank sentral untuk mengelola kekuatan mata uang, dengan perlunya fokus yang lebih besar pada penanganan volatilitas.
"Apresiasi baht yang berlebihan memengaruhi pertumbuhan ekonomi," katanya kepada wartawan. "Struktur ekonomi Thailand tidak dapat menahan mata uang yang begitu kuat karena kita adalah pengekspor bersih," tambahnya.
Kekuatan baht didorong oleh kondisi keuangan global, kata Ekniti. "Kekuatan baht terkait dengan arus uang global, dengan arus masuk modal meningkat setelah AS menurunkan suku bunga."
Dalam upaya untuk mengatasi kekuatan mata uang tersebut, bank sentral pada Senin sebelumnya mengatakan telah menginstruksikan lembaga keuangan untuk memperketat kontrol pada transaksi valuta asing berjangka oleh pedagang emas untuk mengurangi potensi volatilitas baht.
Bank sentral juga meminta masukan publik mengenai usulan perubahan peraturan yang akan mewajibkan pedagang emas skala besar untuk melaporkan detail transaksi kepada bank sentral, katanya.
Menteri keuangan mengatakan bahwa PDB Thailand diperkirakan akan tumbuh setidaknya 2 persen tahun ini, didukung oleh langkah-langkah stimulus sebelumnya yang bertujuan untuk menghidupkan kembali perekonomian yang lesu.
Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan setidaknya 1 persen pada kuartal terakhir tahun 2025. Perekonomian tumbuh 2,5 persen tahun lalu, tertinggal dari negara-negara tetangga di kawasan tersebut.
Pemerintah akan berkonsultasi dengan Komisi Pemilihan Umum untuk menentukan apakah fase selanjutnya dari program subsidi konsumen dapat dilanjutkan, kata Exniti, karena pemerintah sementara tidak dapat memperkenalkan kebijakan baru setelah pembubaran parlemen.
"Namun, kami meyakinkan semua orang bahwa pemerintah telah menyiapkan anggaran dan siap," tambahnya.
Thailand membubarkan parlemen pada hari Jumat, membuka jalan bagi pemilihan umum sela secepatnya pada bulan Februari. (end/Reuters)
