bonds

    Fixed Income Daily Notes 27 November 2025

    Perusahaan

    Fixed Income

    Terbit Pada

    27 November 2025 - 07.55am
    vector
    pdf icon

    PDF

    Daily Fixed Income Notes 27 November 2025

    Lihat

    Terakhir diperbarui: 28-11-2025, 11:21

    Americas

    Klaim pengangguran awal AS turun ke 216.000, terendah sejak Februari. Klaim pengangguran awal di AS turun 6.000 menjadi 216.000 pada pekan yang berakhir 22 November, penurunan ketiga berturut-turut dan menyamai level terendah sejak Februari, jauh di bawah ekspektasi kenaikan ke 225.000. Di sisi lain, klaim lanjutan naik 7.000 menjadi 1,96 juta, menunjukkan meski klaim baru tetap rendah serta mengindikasikan perlambatan perekrutan.

    Yield Treasury AS mendekati 4,0% dan indeks dolar turun ke 99,5. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun bertahan di sekitar 4,0% menjelang libur Thanksgiving, mendekati level terendah satu bulan, di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed 25 bps bulan depan yang naik di atas 80% setelah data ekonomi melemah dan komentar dovish pejabat Fed. Sentimen juga didukung kabar Kevin Hassett menjadi kandidat kuat Ketua Fed berikutnya, sejalan dengan preferensi Presiden Trump untuk suku bunga rendah, serta rencana FDIC melonggarkan aturan SLR agar bank dapat menahan lebih banyak Treasury. Sementara itu, indeks dolar turun ke sekitar 99,5, memperpanjang pelemahan akibat data ritel dan kepercayaan konsumen yang lesu, dengan probabilitas pemangkasan suku bunga Fed naik ke ~80% dari <50% sepekan lalu.

    Europe

    Sentimen investor Swiss naik ke level tertinggi sejak Januari. Sentimen investor Swiss melonjak ke 12,2 pada November, tertinggi sejak Januari, dari -7,7 bulan sebelumnya, meski indeks kondisi saat ini turun ke -4,9 dari 0,0 di Oktober. UBS menyebut optimisme ekspor meningkat setelah Swiss dan AS mengumumkan deklarasi niat untuk perjanjian dagang. Hasil survei juga mengindikasikan SNB kemungkinan mempertahankan suku bunga pada Desember.

    Yield gilt Inggris turun ke 4,44% setelah volatilitas akibat rencana fiskal. Yield obligasi pemerintah Inggris tenor 10 tahun turun ke 4,44% setelah sempat menyentuh 4,562%, di tengah reaksi pasar yang bergejolak menyusul rencana fiskal terbaru. Gejolak dipicu rilis awal laporan proyeksi pertumbuhan lebih lemah dan inflasi lebih tinggi, namun investor mendapat bernafas lega dari langkah Kanselir Rachel Reeves memperbesar buffer aturan fiskal menjadi sekitar GBP22 miliar, jauh di atas perkiraan. Pasar juga merespons positif rencana penerbitan obligasi sebesar GBP303,7 miliar, meski ada kekhawatiran terkait kredibilitas pengetatan fiskal yang tertunda, paket ini dinilai lebih ringan dari perkiraan.

    Asia

    Inflasi tahunan Australia naik ke 3,8% di Oktober, di atas target RBA. Inflasi Australia meningkat menjadi 3,8% YoY pada Oktober dari 3,6% di September, melampaui target RBA 2–3% dan ekspektasi pasar. Laporan CPI bulanan penuh pertama menunjukkan lonjakan harga listrik (37,1% vs 33,9%) setelah berakhirnya subsidi pemerintah, sementara inflasi pangan tetap tinggi di 3,2%. Kenaikan juga terjadi pada kategori pakaian (5,4%), transportasi (2,7%), dan rekreasi (3,2%). Trimmed mean CPI naik ke 3,3% YoY, melebihi konsensus 3%. Secara bulanan, CPI stagnan setelah kenaikan 0,5% di September. Data ini menandai transisi Australia ke CPI bulanan sebagai indikator utama inflasi.

    Yield obligasi Australia, China, dan Jepang naik ke level tertinggi. Imbal hasil obligasi pemerintah Australia tenor 10 tahun naik mendekati 4,5%, tertinggi dalam lebih dari enam bulan, setelah inflasi Oktober menguat ke 3,8% dan inti inflasi ke 3,3%, memicu spekulasi bahwa siklus pelonggaran RBA berakhir dan peluang kenaikan suku bunga meningkat. Di China, yield obligasi 10 tahun mendekati 1,83%, tertinggi tujuh minggu, karena PBoC enggan menambah stimulus moneter sementara dukungan fiskal meningkatkan penerbitan obligasi, membuat pasar obligasi kurang menarik. Sementara itu, yield obligasi Jepang tenor 10 tahun naik ke sekitar 1,82%, mendekati level tertinggi 17 tahun, di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga BOJ bulan depan akibat inflasi yang persisten dan pelemahan yen, meski pemerintah meluncurkan paket stimulus 21,3 triliun yen yang memicu kekhawatiran fiskal.