PARLEMEN AS SERUKAN LARANGAN PENJUALAN PERALATAN PEMBUAT CHIP
Share via
Terbit Pada
08 October 2025
1759905431954873
IQPlus, (8/10) - Anggota parlemen AS menyerukan larangan yang lebih luas terhadap peralatan pembuat chip ke Tiongkok setelah investigasi bipartisan menemukan bahwa produsen chip Tiongkok telah membeli peralatan canggih senilai $38 miliar tahun lalu.
Inkonsistensi dalam aturan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat, Jepang, dan Belanda telah menyebabkan produsen peralatan cip non-AS menjual ke beberapa perusahaan Tiongkok yang tidak dapat dilakukan oleh perusahaan AS, menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada hari Selasa oleh Komite Khusus Dewan Perwakilan Rakyat AS untuk Tiongkok.
Komite tersebut menyerukan larangan yang lebih luas oleh AS dan sekutunya atas penjualan peralatan pembuat chip ke Tiongkok, alih-alih larangan yang lebih sempit atas penjualan ke produsen chip Tiongkok tertentu.
Nilai $38 miliar tersebut dibeli dari lima pemasok peralatan manufaktur semikonduktor terkemuka, tanpa melanggar hukum, meningkat 66% dari tahun 2022, ketika banyak pembatasan ekspor peralatan diberlakukan.
Nilai tersebut mencakup hampir 39% dari total penjualan Applied Materials, Lam Research, KLA , ASML, dan Tokyo Electron, menurut laporan tersebut.
"Penjualan inilah yang membuat Tiongkok semakin kompetitif dalam memproduksi berbagai macam semikonduktor, dengan implikasi mendalam bagi hak asasi manusia dan nilai-nilai demokrasi di seluruh dunia," demikian menurut laporan tersebut.
Baik pemerintahan Demokrat maupun Republik AS telah berupaya membatasi kemampuan Tiongkok dalam memproduksi mikrocip yang krusial bagi bidang-bidang seperti kecerdasan buatan dan modernisasi militer. Kedua negara adidaya ekonomi ini juga berlomba-lomba menjual teknologi canggih seperti pusat data AI ke negara-negara lain.
Mark Dougherty, presiden unit Tokyo Electron di AS, mengatakan penjualan industri di Tiongkok mulai menurun tahun ini, sebagian karena peraturan baru dan menyambut baik koordinasi yang lebih erat antara pemerintah AS dan Jepang.
"Saya pikir jelas, dari perspektif AS, ada hasil yang masih diinginkan namun belum tercapai," ujar Dougherty kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
ASML dan KLA menolak berkomentar. Applied Materials dan Lam Research tidak menanggapi permintaan komentar. (end/Reuters)
Riset Terkait
Berita Terkait