LABA BERSIH PT TIMAH MELESAT 2 KALI LIPAT HINGGA SEPTEMBER 2025
Share via
Kategori
Berita Harian
Terbit Pada
03 November 2025
30626460
IQPlus, (3/11) - PT TIMAH Tbk (TINS) hari ini mengumumkan Laporan Keuangan Konsolidasian untuk periode yang berakhir 30 September 2025.
Permintaan timah global terutama dari sektor elektronik (tin solder dan tin chemical) tetap kuat, didorong oleh pasar Jepang dan China. Berdasarkan publikasi Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, data ekspor logam timah Indonesia sampai dengan September 2025 mencapai 37.946 metrik ton atau naik 28% dibandingkan periode yang sama di tahun 2024. Selama 9M 2025, kontribusi penjualan ekspor Perseroan mencapai sekitar 21% dari total ekspor timah Indonesia, serta menyumbang sekitar 3% dari total ekspor timah global sebesar 278.048 metrik ton.
Berdasarkan CRU Tin Monitor, pertumbuhan produksi logam timah global di 9M 2025 sebesar 278.048 ton. Sedangkan konsumsi logam timah global di 9M 2025 diperkirakan sebesar 282.874 ton.
Harga timah sampai dengan September 2025 menunjukkan tren kenaikan harga yang lebih kuat dibandingkan Semester 1 2025, didorong oleh ketatnya pasokan yang berkelanjutan meskipun ada tanda-tanda pemulihan parsial. Harga rata-rata logam timah Cash Settlement Price LME 9M 2025 sebesar USD 32.775,58 per ton atau naik 8,8% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar USD 30.130,32 per ton. Kondisi tersebut memberikan sentiment positifterhadap harga jual rata-rata logam timah dan dimanfaatkan Perseroan untuk meningkatkan penjualan ke berbagai wilayah.
Kinerja Operasi
Sampai dengan September 2025, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 12.197 ton Sn atau turun 20% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 15.201 ton Sn. Beberapa faktor penyebab terjadi penurunan produksi bijih timah diantaranya terdampak cuaca angin utara dan angin tenggara, kondisi cadangan tidak menerus (spotted), dan masih terjadinya aktivitas penambangan ilegal. Sedangkan produksi logam timah turun 25% menjadi 10.855 metrik ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14.440 metrik ton.
Adapun sampai dengan September 2025 penjualan logam timah turun 30% menjadi 9.469 metrik ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 13.441 metrik ton. Perseroan mencatatkan penjualan logam timah domestik sebesar 7% dan ekspor logam timah sebesar 93% dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Jepang 19%; Singapura 19%; Korea Selatan 18%; Belanda 9%; Italia 4%; dan USA 4%. Fokus pada pasar ekspor terutama di Asia Pasifik, Eropa dan Amerika, memungkinkan Perseroan memanfaatkan sentimen positif permintaan dari Jepang maupun China, yang dianggap sebagai pendorong utama kenaikan harga timah. Pada 9M 2025 harga jual rata-rata logam timah Perseroan sebesar USD33.596 per metrik ton, naik 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD31.183 per metrik ton.
Kinerja Keuangan
Di 9M 2025 Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp6,6 triliun dengan pencapaian EBITDA sebesar Rp1,5 triliun sehingga mencatatkan laba bersih di 9M 2025 sebesar Rp602 miliar atau 78% dari target yang sudah ditentukan Perseroan yaitu Rp774 miliar.
Nilai aset Perseroan pada 9M 2025 naik 7% menjadi Rp13,7 triliun dari Rp12,80 triliun pada akhir tahun 2024. Sedangkan posisi liabilitas Perseroan sebesar Rp6,1 triliun, naik 14% dibandingkan posisi akhir tahun 2024 sebesar Rp5,3 triliun dikarenakan naiknya utang usaha dan pinjaman bank jangka pendek.
Posisi ekuitas sebesar Rp7,61 triliun mengalami kenaikan 2% dibandingkan posisi akhir tahun 2024 sebesar Rp7,45 triliun, dikarenakan laba positif yang dibukukan Perseroan sampai dengan 9M 2025.
Kinerja keuangan Perseroan mencerminkan kondisi yang sehat dan stabil. Hal ini tercermin dari sejumlah indikator penting, seperti Quick Ratio yang mencapai 32,8%, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa bergantung pada persediaan. Current Ratio yang berada di angka 177,8% memberikan gambaran bahwa perusahaan dalam kondisi keuangan yang aman untuk pemenuhan kewajiban jangka pendek.
Dari sisi struktur modal, Debt to Asset Ratio tercatat sebesar 44,4%, dan Debt to Equity Ratio sebesar 79,9%, menandakan bahwa tingkat utang masih berada dalam batas yang aman dan terkendali. Secara keseluruhan, angka-angka ini menunjukkan bahwa Perseroan berada dalam posisi keuangan yang cukup stabil untuk mendukung operasional perusahaan ke depan. (end)
Riset Terkait
Berita Terkait
