INTAN BARU PRANA RAIH PENDAPATAN Rp143,79 MILIAR DI KUARTAL III-2025
Share via
Kategori
Berita Harian
Terbit Pada
18 November 2025
32124739
IQPlus, (18/11) - Perusahaan perdagangan alat pengangkutan komersial, PT Intan Baru Prana Tbk (IBFN) membukukan pendapatan senilai Rp143,79 miliar per kuartal III- 2025, atau tumbuh signifikan 807 persen year on year (yoy) dibandingkan senilai Rp15,85 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama IBFN Petrus Halim mengatakan konsistensi pertumbuhan tidak lepas dari peningkatan produktivitas armada, penguatan efisiensi operasional, serta selektivitas dalam menjalankan proyek-proyek penyewaan alat berat.
"Saat ini perseroan terus mengembangkan kerja sama di bidang rental alat berat. Kami telah menjalin kemitraan dengan beberapa perusahaan besar, antara lain PT Darma Henwa Tbk, PT Mitra Stania Prima, dan PT Petrosea Tbk," ujar Petrus Halim dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Ia memastikan, perseroan ke depan akan terus memperkuat strategi dalam menjalin kerja sama dengan mitra strategis, yang memiliki kompetensi, serta kapasitas finansial solid di sektor perdagangan alat pengangkutan komersial.
Selain itu, lanjutnya, perseroan berkomitmen menjaga hubungan jangka panjang dengan para pelanggan melalui penyediaan layanan purna jual komprehensif, termasuk dukungan konsultasi lapangan dan rekomendasi solusi alat pengangkutan komersial yang paling sesuai dengan kebutuhan operasional mereka.
Petrus menjelaskan, perseroan mencatat sejumlah tantangan ke depan, salah satunya persaingan yang semakin ketat di antara para penyedia jasa rental, khususnya dari pemain besar yang telah memiliki armada lebih lengkap, serta jaringan operasional yang luas.
Selain itu, biaya operasional yang tinggi, meliputi perawatan unit, konsumsi bahan bakar, serta kebutuhan mobilisasi alat antar proyek, juga menjadi faktor yang perlu dikelola secara cermat.
"Tantangan lainnya adalah permintaan yang bersifat fluktuatif, bergantung pada kondisi ekonomi, musim, serta jadwal pengerjaan proyek baik dari sektor pemerintah maupun swasta," ujar Petrus.
Ia menilai bahwa keterbatasan tenaga ahli termasuk operator berpengalaman serta teknisi alat berat bersertifikat di beberapa wilayah masih menjadi tantangan yang harus diantisipasi.
Selain itu, lanjutnya, risiko kerusakan unit serta potensi keterlambatan pembayaran dari pelanggan turut menjadi faktor yang dapat mempengaruhi arus kas dan jadwal penyewaan alat.
"Kami tetap bersikap optimistis dengan melihat berbagai peluang yang tersedia, salah satunya berasal dari pertumbuhan proyek infrastruktur nasional maupun daerah, seperti pembangunan jalan, jembatan, dan bendungan, yang diyakini akan mendorong permintaan terhadap layanan rental alat berat," ujar Petrus.
Lebih lanjut, Petrus menyebut meningkatnya aktivitas pertambangan dan energi di wilayah Kalimantan, serta daerah lainnya turut membuka peluang bagi pertumbuhan permintaan alat berat perseroan.
Pihaknya memperkirakan sektor perkebunan dan agribisnis akan memberikan kontribusi positif, mengingat kebutuhan alat berat untuk kegiatan pembukaan maupun perawatan lahan.
Di sisi lain, menurutnya, tren "sewa dibanding beli" yang semakin berkembang di kalangan kontraktor dan pengembang menjadi potensi yang dapat menjaga keberlanjutan kinerja perseroan.
"Perkembangan digitalisasi dan platform penyewaan berbasis digital juga membuka akses pasar yang lebih luas bagi Perseroan," ujar Petrus.
Selain itu, peluang kerja sama dengan pemerintah, BUMD, serta perusahaan-perusahaan besar lainnya menjadi ruang pertumbuhan yang terus dioptimalkan. (end/ant)
Riset Terkait
Berita Terkait
