BCA Sekuritas
    langid
    Berita Harian

    INFLASI KONSUMEN KORSEL NAIK PESAT PADA BULAN OKTOBER

    Kategori

    Berita Internasional

    Terbit Pada

    04 November 2025

    30728646

    IQPlus, (4/11) - Inflasi konsumen Korea Selatan meningkat pesat pada bulan Oktober karena pelemahan won yang mengangkat biaya energi dan pangan, memperkuat alasan bank sentral untuk memperpanjang jeda dalam siklus pelonggaran moneternya guna meredam reli pasar perumahan.

    Harga konsumen naik 2,4 persen dari tahun sebelumnya, meningkat dari kenaikan 2,1 persen pada bulan September, ungkap Kementerian Data dan Statistik pada hari Selasa (4 November). Laju inflasi ini, yang melampaui perkiraan median 2,2 persen dalam survei ekonom Bloomberg, merupakan yang tercepat sejak Juli 2024, ketika harga melonjak sebesar 2,6 persen.

    Inflasi inti, yang tidak termasuk komoditas pangan dan energi yang volatil, naik menjadi 2,2 persen dari 2 persen pada bulan September, menurut data tersebut. Baik indikator inflasi utama maupun inti kini berada di atas target Bank of Korea (BOK) sebesar 2 persen.

    Data inflasi terbaru ini muncul di saat yang sulit bagi BOK, yang telah mempertahankan suku bunga acuannya selama tiga pertemuan terakhir. Meskipun tekanan harga telah mereda dalam beberapa bulan terakhir, kekhawatiran atas gelembung aset dan risiko stabilitas keuangan yang terkait dengan utang rumah tangga telah mencegah para pembuat kebijakan melanjutkan siklus penurunan suku bunga yang dimulai pada Oktober tahun lalu.

    Hal ini membatasi pilihan bank sentral karena mereka memperkirakan dampak potensial dari tarif AS sebesar 15 persen atas barang-barang Korea Selatan. BOK memperkirakan langkah-langkah tersebut akan memangkas pertumbuhan sebesar 0,45 poin persentase tahun ini dan 0,6 poin persentase pada tahun 2026.

    Kenaikan inflasi pada bulan Oktober sebagian besar didorong oleh penurunan nilai tukar won terhadap dolar AS hampir 1,9 persen bulan lalu, yang mendorong kenaikan harga impor untuk energi dan pangan. Mata uang tersebut jatuh ke level terlemahnya sejak Maret. Won adalah mata uang Asia dengan kinerja terlemah kedua terhadap dolar AS sejak 1 Oktober.

    Harga bahan bakar juga naik setelah pemerintah mengurangi sebagian subsidi pajak bahan bakar pada bulan Oktober, yang menambah tekanan kenaikan harga bensin. Sementara itu, harga apartemen di Seoul melanjutkan kenaikannya selama 39 minggu berturut-turut hingga 27 Oktober, menurut Dewan Real Estat Korea.

    Harga makanan dan minuman non-alkohol naik 3,5 persen pada bulan Oktober dibandingkan tahun sebelumnya, sementara biaya perumahan dan utilitas naik 1,2 persen. Harga makanan dan penginapan naik 3,2 persen dan biaya transportasi juga naik 3,4 persen.

    Para ekonom terbagi pendapat mengenai apakah Bank of Korea (BOK) akan menurunkan suku bunga pada pertemuan kebijakan terakhir tahun ini pada 27 November, sementara para pembuat kebijakan mempertimbangkan apakah harga perumahan di wilayah ibu kota telah stabil.

    Data inflasi ini menyusul pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan pada kuartal ketiga, didukung oleh ekspor dan belanja domestik yang tangguh. Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 1,2 persen dari kuartal sebelumnya, melampaui perkiraan pertumbuhan 1 persen.

    Konsumsi swasta naik 1,3 persen, didorong oleh dua putaran penyaluran bantuan tunai dari anggaran tambahan pemerintah yang lebih dari US$20 miliar, dengan belanja barang dan jasa meningkat, ungkap bank sentral pekan lalu. (end/Bloomberg)