EKONOMI THAILAND TUMBUH 1,2 PERSEN DI KUARTAL KETIGA
Share via
Category
International News
Published On
17 November 2025
32044558
IQPlus, (17/11) - Perekonomian Thailand tumbuh pada laju paling lambat dalam empat tahun terakhir pada kuartal ketiga, data resmi menunjukkan pada hari Senin, terbebani oleh melemahnya pariwisata dan manufaktur selama periode ketidakpastian politik domestik dan konflik perbatasan.
Produk domestik bruto tumbuh 1,2 persen pada kuartal Juli-September dibandingkan tahun sebelumnya, data Dewan Ekonomi dan Pembangunan Sosial Nasional menunjukkan. Angka tersebut lebih lambat dibandingkan pertumbuhan tahunan sebesar 2,8 persen pada kuartal Juni, dan meleset dari perkiraan median pertumbuhan 1,6 persen dalam jajak pendapat Reuters.
Secara triwulanan, perekonomian mengalami kontraksi sebesar 0,6 persen yang disesuaikan secara musiman pada kuartal Juli-September, lebih lemah dibandingkan perkiraan jajak pendapat sebesar 0,3 persen, dan menyusul revisi pertumbuhan sebesar 0,5 persen pada kuartal sebelumnya.
Ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara ini menghadapi berbagai tantangan tahun ini, termasuk tarif AS, utang rumah tangga yang tinggi, dan nilai tukar baht yang kuat. Pertumbuhan tahun lalu sebesar 2,5 persen tertinggal dari negara-negara lain.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada hari Senin merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 menjadi 2,0 persen dari kisaran 1,8 persen hingga 2,3 persen yang sebelumnya diperkirakan. Badan tersebut juga memperkirakan pertumbuhan 1,2 persen hingga 2,2 persen untuk tahun depan.
Dalam upaya untuk merangsang pertumbuhan, pemerintah telah meluncurkan serangkaian langkah stimulus, termasuk program subsidi konsumen sebesar 44 miliar baht yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 2,2 persen tahun ini.
Pemerintahan Perdana Menteri Anutin Charnvirakul memiliki waktu yang terbatas untuk melaksanakan langkah-langkahnya, karena perdana menteri berencana membubarkan parlemen pada akhir Januari, dan pemilihan umum kemungkinan akan diadakan pada akhir Maret. (end/Reuters)
Related Research
News Related
