DANANTARA DIDORONG UNTUK AMBIL PERAN DALAM RESTRUKTURISASI WIKA
Share via
Kategori
Berita Harian
Terbit Pada
05 November 2025
30827448
IQPlus, (5/11) - Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara didorong untuk mengambil peran dalam restrukturisasi keuangan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA.
Pengamat dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, berpendapat lembaga pengelola BUMN hasil transformasi pascapembubaran Kementerian BUMN ini memiliki kuasa yang besar dalam langkah restrukturisasi WIKA.
Menurutnya, langkah penyehatan WIKA bisa dilakukan melalui konsolidasi antar perusahaan konstruksi pelat merah untuk menciptakan efisiensi dan memperkuat modal.
"Kalau dilikuidasi jelas berat. Tapi opsi penggabungan beberapa badan usaha bisa menjadi jalan tengah untuk penyehatan," ujar Yayat.
Sementara itu, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai restrukturisasi menjadi langkah yang tak terhindarkan bagi WIKA untuk kembali sehat.
WIKA menanggung beban utang dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh), di mana perusahaan wajib menyetorkan modal hampir Rp12 triliun dengan beban bunga pinjaman mencapai Rp2 triliun per tahun.
Di sisi lain, perusahaan juga dihadapkan pada kewajiban pembayaran bunga obligasi dan sukuk yang jatuh tempo pada Februari 2025.
Penurunan anggaran infrastruktur pemerintah pada 2025 juga berdampak pada kesehatan keuangan WIKA.
Per September 2025, kontrak baru yang berhasil diperoleh WIKA hanya mencapai Rp6,19 triliun, turun sekitar 60 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp15,58 triliun.
Sejalan dengan itu, penjualan pun mengalami penurunan 27,55 persen dari yang sebelumnya Rp12,54 triliun menjadi Rp9,09 triliun, yang berdampak pada likuiditas WIKA. Arus kas operasi perusahaan mengalami defisit Rp1 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yaitu defisit Rp218,9 miliar.
"Direstrukturisasi mau tidak mau utang WIKA itu harus disesuaikan. Ini sejalan dengan rencana restrukturisasi utang ke China yang bisa sampai 60 tahun. Jadi restrukturisasi memang menjadi alternatif agar WIKA bisa bertahan," kata Tauhid.
Restrukturisasi tersebut dikatakan harus disertai dengan penyesuaian bunga pinjaman agar WIKA benar-benar mampu membayar kewajiban.
Selain restrukturisasi, WIKA juga perlu mendapatkan dukungan tambahan Pemerintah untuk proyek-proyek baru yang berpotensi menghasilkan keuntungan.
"Kalau untuk proyek kereta cepat saya kira sudah tidak mungkin, tapi untuk proyek baru infrastruktur masih bisa. Itu penting agar WIKA bisa menutup kerugian yang ada," tuturnya. (end/ant)
Riset Terkait
Berita Terkait
