AKTIVITAS SEKTOR JASA JEPANG MENGUAT PADA SEPTEMBER
Share via
Published On
03 October 2025
1759461034842973
IQPlus, (3/10) - Aktivitas sektor jasa Jepang melanjutkan penguatan yang solid pada bulan September, didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan sangat kontras dengan aktivitas pabrik yang menyusut, sebuah survei sektor swasta melaporkan pada hari Jumat (3 Oktober).
Indeks Manajer Pembelian (PMI) Jasa Jepang final dari S&P Global naik tipis menjadi 53,3 pada bulan September dari 53,1 pada bulan Agustus, menandai peningkatan yang sedikit lebih tajam dalam aktivitas bisnis dan 11 bulan pembacaan di atas ambang batas 50, yang mengindikasikan pertumbuhan.
Ekspansi berkelanjutan di sektor jasa didorong oleh peningkatan pesanan baru yang konstan, terutama dari klien domestik, menurut survei tersebut. Sementara itu, bisnis ekspor baru menurun selama tiga bulan.
Lapangan kerja di sektor jasa sedikit meningkat karena perusahaan merespons peningkatan penjualan dan mengantisipasi permintaan di masa mendatang, menurut responden survei.
Keyakinan bisnis juga berada pada level tertinggi dalam delapan bulan, dengan optimisme terkait dengan rencana ekspansi perusahaan dan peluncuran produk baru, menurut data tersebut.
Laju inflasi biaya input sedikit menurun, tetapi perusahaan-perusahaan terus mencatat tingginya biaya tenaga kerja, bahan baku, dan bahan bakar, yang menyebabkan kenaikan biaya output yang signifikan karena mereka membebankan biaya kepada pelanggan.
Gambaran umum perekonomian Jepang kurang optimis pada bulan September, karena PMI Komposit Jepang S&P Global, yang mencakup manufaktur dan jasa, turun Menjadi 51,3 dari 52,0 pada bulan Agustus.
Ini menandai laju pertumbuhan gabungan paling lambat sejak Mei, karena ekspansi sektor jasa yang berkelanjutan diimbangi oleh penurunan aktivitas pabrik yang lebih tajam.
"Data survei juga menunjukkan bahwa pertumbuhan sebagian besar didorng oleh permintaan domestik yang lebih kuat, karena baik produsen maupun perusahaan jasa mencatat penurunan lebih lanjut dalam bisnis ekspor baru," kata Annabel Fiddes, Associate Director Ekonomi di S&P Global Market Intelligence.
Bisnis Jepang mulai menghadapi dampak awal tarif AS, tetapi kekhawatiran tetap ada terkait kenaikan biaya tenaga kerja, perlambatan permintaan pariwisata, dan inflasi, menurut survei triwulanan Bank of Japan yang diterbitkan pada hari Rabu. (end/Reuters)
Related Research
News Related