BCA Sekuritas
    langen
    Daily News

    TEKNOLOGI OPEN SOURCE JADI ANDALAN PERCEPAT INOVASI DAN KEDAULATAN DIGITAL DI RI

    Published On

    10 September 2025

    1757467134730628

    IQPlus, (10/9) - Di tengah regulasi yang makin ketat dan tuntutan menjaga kedaulatan data, teknologi open source kian dipandang strategis sebagai fondasi transformasi digital. Hal ini mengemuka dalam Canonical Executive Partner Summit 2025 yang digelar Sivali Cloud Technology bersama Canonical di Soehanna Hall, The Energy Building, kawasan SCBD Jakarta Selatan, Senin (8/9/2025).

    Forum bertajuk "Empowering Public Sector & Financial Industries with Open Source Technology" itu mempertemukan pemimpin industri, akademisi, dan pakar teknologi. Diskusi menyoroti bagaimana open source menjawab tantangan keamanan, kepatuhan regulasi, dan inovasi, khususnya di sektor keuangan yang diawasi ketat seperti perbankan, asuransi, fintech, dan BUMN.

    "Pemerintah, BUMN, maupun perusahaan finansial harus memastikan sistem TI mereka aman, patuh regulasi, dan efisien.Canonical membawa standar global, sementara Sivali menghadirkan dukungan lokal sesuai aturan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), OJK, BI, dan UU Pelindungan Data Pribadi (PDP).Open source bukan sekadar alternatif, tapi strategi utama menghadapi tantangan regulasi dan kedaulatan data," ujar Wong Sui Jan, Founder & Direktur Utama Sivali Cloud Technology.

    Untuk diketahui, Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) ialah sistem pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memberikan pelayanan publik yang efisien dan efektif),

    Wong Sui Jan mencontohkan implementasi di BUMN. "Pegadaian membuktikan open source bisa diadopsi di institusi negara yang diawasi ketat. Mereka tetap menjaga governance, risk, and compliance sekaligus berinovasi. Ini sinyal kuat bahwa open source memenuhi standar tinggi industri finansial," jelasnya.

    Open Source untuk Sektor Publik

    Selain finansial, sektor publik juga mulai intensif mengadopsi open source untuk mendukung SPBE. Transparansi kode memberi pemerintah kendali lebih besar, mengurangi ketergantungan vendor, serta menekan biaya lisensi. Langkah ini memperkuat kedaulatan data sekaligus mendorong ekosistem digital yang lebih mandiri.

    Kolaborasi Sivali.Canonical diarahkan memperkuat digitalisasi pelayanan publik. Dari infrastruktur cloud atau komputasi awan lokal, jaminan keamanan data, hingga pelatihan SDM di universitas, seluruh upaya ini diproyeksikan memberi manfaat nyata bagi masyarakat luas.

    Ke depan, adopsi open source di pemerintahan dipandang mampu mempercepat modernisasi layanan publik. Dengan data yang lebih terjaga dan teknologi yang fleksibel, masyarakat diharapkan menikmati layanan yang lebih aman, transparan, dan mudah diakses.

    Ekosistem dan Kolaborasi

    Pada kesempatan itu, Sivali Cloud Technology selaku distributor resmi Canonical di Indonesia, menegaskan komitmen memperkuat ekosistem open source. Co-Founder dan Executive VP Sivali Cloud Technology Ryo Ardian mengungkapkan yang yang ditempuh yakni memperluas kerja sama dengan universitas untuk mencetak talenta, berkolaborasi dengan penyedia data center lokal untuk kedaulatan digital, serta menggandeng mitra industri agar solusi terbuka berakar di dunia usaha.

    Canonical sendiri merupakan perusahaan terkemuka dan dikenal sebagai pengembang global Ubuntu. Kolaborasi dengan Sivali memastikan adaptasi lokal sesuai kebutuhan bisnis Indonesia. Hadir pula Prof. Onno W Purbo, Rektor Institut Teknologi Tangerang Selatan; dan Naeem Maver, Vice President - Asia Pasific (APAC) Canonical Ubuntu yang menekankan ekosistem terbuka sebagai jawaban atas regulasi global yang makin menuntut transparansi.

    Dengan acara ini, Sivali dan Canonical menegaskan open source merupakan strategi andal sektor finansial dan publik dalam melakukan operasional bisnis, mendorong ekspansi dengan tetap memenuhi regulasi sekaligus menjaga kedaulatan digital di era ekonomi digital berbasis data.

    Kemandirian dan Efisiensi

    Menurut Onno W Purbo, Rektor Institut Teknologi Tangerang Selatan (ITTS) dan pakar telematika, open source memberi peluang sangat terbuka bagi Indonesia untuk mandiri dan tidak tergantung pihak luar.

    Dia mencontohkan langkah yang sudah dilakukan ITTS mengembangkan jaringan 5G sendiri berbasis open source dengan kecepatan hingga 800 Mbps, jauh di atas 4G.

    "Biayanya pun jauh lebih murah. Jika perangkat proprietary bisa mencapai ratusan juta, versi open source bisa dibuat dengan sekitar Rp50 juta. Jadi manfaatnya besar, baik dari sisi inovasi, harga, maupun kemandirian," katanya.

    Talenta Digital

    Adapun, Naeem Maver, Vice President Asia Pasifik Canonical Ubuntu, optimistis Indonesia menjadi pasar open source yang tumbuh pesat dengan pertumbuhan 25% per tahun dan proyeksi mencapai 30% dalam lima tahun ke depan.

    Bersama Sivali, Canonical memperkuat komitmennya di Indonesia melalui investasi besar bersama Sivali sebagai mitra strategis, serta membangun ekosistem, termasuk mencetak talenta atau SDM digital yang mumpuni.

    "Visi utama Canonical adalah mendemokratisasi open source agar dapat diakses semua pihak, termasuk untuk pengembangan kecerdasan buatan di masa depan," ujarnya.

    Percepatan Transformasi Digital

    Menurut Maver, percepatan transformasi digital di Indonesia didukung dengan sikap pemerintah yang melihat potensi open source. Dituturkannya guna kian mengakselerasi, fondasi utamanya adalah pemanfaatan cloud, disusul dengan adopsi API open source untuk memacu integrasi dan inovasi, peningkatan keamanan serta ketersediaan platform secara menyeluruh, dan pengembangan talenta lokal melalui pelatihan, sertifikasi, serta penguatan komunitas.

    Canonical juga memberikan dukungan dengan mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk mendukung komunitas lokal. "Di bidang pendidikan, Canonical memberikan diskon hingga 90% agar universitas dapat mengakses teknologi open source," ujar Maver.

    Sivali juga berkomitmen melahirkan dan mengedukasi SDM lokal agar layanan dukungan tersedia di Indonesia dengan melakukan pelatihan, regenerasi, dan bekerjasama dengan kampus seperti ITTS. Upaya yang sudah dilakukan ini diyakini mampu memperbanyak talenta lokal yang kuat untuk mendukung ekosistem open source. (end)