BCA Sekuritas
    langid
    Berita Harian

    TAK SESUAI PERKIRAAN, EKONOMI MALAYSIA TUMBUH 4,4 PERSEN DI Q2

    Terbit Pada

    15 August 2025

    22653532

    IQPlus, (15/8) - Pertumbuhan ekonomi Malaysia meleset dari perkiraan resmi pada kuartal kedua, meskipun bank sentral menyatakan bahwa perekonomiannya cukup kuat untuk menghadapi dampak tarif AS.

    Produk domestik bruto (PDB) naik 4,4 persen pada periode April-Juni dibandingkan tahun sebelumnya, lebih lambat dari perkiraan awal 4,5 persen dan proyeksi median dalam survei Bloomberg, tetapi masih sesuai dengan laju kuartal pertama. Perekonomian tumbuh 2,1 persen dibandingkan tiga bulan sebelumnya, ungkap bank sentral dan departemen statistik Malaysia pada Jumat.

    Malaysia bersiap menghadapi gejolak perdagangan akibat penerapan tarif global oleh Presiden AS Donald Trump. Bulan lalu, bank sentral menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 menjadi 4 persen hingga 4,8 persen, dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,5 persen hingga 5,5 persen. Kementerian Keuangan Malaysia secara terpisah menyatakan bahwa perekonomian akan tumbuh dengan laju moderat pada tahun 2026 di tengah permintaan eksternal yang lemah.

    "Perlu saya tegaskan bahwa perekonomian kita tetap kokoh," ujar Gubernur Bank Negara Malaysia, Abdul Rasheed Ghaffour, dalam sebuah pengarahan di Kuala Lumpur, seraya menambahkan bahwa penurunan suku bunga baru-baru ini akan memberikan "dorongan tambahan."

    Kebijakan moneter saat ini "konsisten dengan proyeksi pertumbuhan dan inflasi kita," ujarnya.

    Pertumbuhan dan perdagangan global kemungkinan akan melambat tahun ini seiring dengan berlakunya tarif 19 persen untuk ekspor ke AS dan meredanya dukungan dari frontloading, menurut bank sentral. Ekspor Malaysia akan melambat di sisa tahun 2025, sementara sebagian akan tertahan oleh permintaan yang berkelanjutan untuk produk teknologi dan aktivitas pariwisata yang lebih tinggi, kata Rasheed.

    Para pedagang memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam tiga bulan ke depan sebesar 20 persen, dan kemungkinan hampir 70 persen pada pertengahan Februari, menurut data swap yang dikumpulkan Bloomberg sebelum pengumuman tersebut.

    Pada bulan Juli, bank sentral memangkas suku bunga acuan (OPR) untuk pertama kalinya dalam lima tahun untuk membantu mengatasi risiko terhadap perekonomian. Bank sentral juga menggelontorkan lebih banyak dana ke dalam sistem perbankan untuk mendorong penyaluran kredit dan membantu meningkatkan aktivitas ekonomi.

    "Kami akan terus memantau dampak penurunan OPR terhadap perekonomian," ujar Rasheed.

    Pengeluaran konsumen akan tetap tangguh dan terus menopang pertumbuhan, kata bank sentral. Investasi juga akan tetap kuat, tambahnya.

    Inflasi diperkirakan akan mencapai rata-rata antara 1,5 persen dan 2,3 persen pada tahun 2025 mengingat "permintaan dan prospek biaya yang lebih moderat," kata Bank Negara. Bank Negara akan "terus mewaspadai perkembangan terkini dan menilai keseimbangan risiko seputar prospek pertumbuhan domestik dan inflasi." (end/Bloomberg)