PEREKONOMIAN AS DALAM KEGELAPAN KARENA PENUTUPAN PEMERINTAH AS
Share via
Terbit Pada
30 October 2025
30236746
IQPlus, (30/10) - Para pembuat kebijakan, lembaga keuangan, dan pemilik bisnis AS telah kehilangan arah selama hampir sebulan karena penutupan pemerintah telah menghentikan rilis data ekonomi federal yang krusial, mulai dari jumlah angkatan kerja hingga PDB negara tersebut.
Kekosongan ini diperkirakan akan semakin dalam pada hari Kamis karena Washington menunda penerbitan angka produk domestik bruto (PDB) yang mengukur pertumbuhan ekonomi terbesar dunia tersebut pada periode Juli hingga September.
Amerika Serikat telah menunda laporan ketenagakerjaan, perdagangan, penjualan ritel, dan lainnya, hanya memanggil kembali beberapa staf yang dirumahkan untuk menghasilkan angka inflasi penting yang dibutuhkan pemerintah untuk menghitung pembayaran Jaminan Sosial.
Partai Republik dan Demokrat di Kongres masih menemui jalan buntu, masing-masing menyalahkan pihak lain atas penutupan pemerintah tanpa tanda-tanda akan segera berakhir, sementara bantuan pangan untuk jutaan orang kini dipertaruhkan.
Para analis memperingatkan bahwa pemadaman informasi yang semakin meluas dapat menyebabkan bisnis mengurangi perekrutan dan investasi.
"Saat ini ada permintaan yang sangat besar untuk data pemerintah," kata Heather Long, kepala ekonom di Navy Federal Credit Union. "Setiap industri sedang mencoba mencari tahu apakah Federal Reserve akan terus memangkas suku bunga."
Keputusan bank sentral bergantung pada kondisi perekonomian, terutama inflasi dan melemahnya pasar tenaga kerja.
"Ini adalah waktu di mana sebagian besar organisasi menyelesaikan anggaran mereka untuk tahun 2026," ujar Long kepada AFP.
"Jadi, hampir semua perusahaan berpikir: Apakah kita pikir tahun 2026 akan menjadi peningkatan? Atau perlambatan, atau resesi?"
Kantor Anggaran Kongres yang nonpartisan memperkirakan penutupan tersebut dapat merugikan perekonomian hingga US$14 miliar.
Ekonom Matthew Martin dari Oxford Economics memperkirakan perusahaan akan bertindak hati-hati, mengingat tarif Presiden Donald Trump telah meningkatkan ketidakpastian tahun ini.
"Oleh karena itu, perusahaan akan mengurangi jumlah karyawan mereka secara keseluruhan untuk berjaga-jaga, sampai mereka melihat data yang benar-benar menunjukkan peningkatan permintaan, atau setidaknya stabilisasi ekonomi," ujarnya kepada AFP.
Demikian pula, mereka yang berkecimpung di pasar keuangan membutuhkan data untuk berinvestasi dan memutuskan langkah mereka di pasar saham, ujarnya. (end/AFP)
Riset Terkait
Berita Terkait
