BCA Sekuritas
    langen
    Daily News

    PEMERINTAH THAILAND : STIMULUS AKAN NAIKKAN GDP DI KUARTAL KEEMPAT

    Published On

    21 November 2025

    32459164

    IQPlus, (21/11) - Stabilitas ekonomi Thailand ditopang oleh fundamental keuangan dan fiskal yang kuat, dan langkah-langkah stimulus pemerintah akan mendorong pertumbuhan pada kuartal terakhir tahun 2025, ujar Menteri Keuangan, Jumat (21/11).

    Inflasi dan pengangguran berada di bawah 1 persen, ujar Ekniti Nitithanprapas dalam sebuah forum bisnis, dan utang publik mencapai 64 persen dari produk domestik bruto.

    Utang tersebut tidak tinggi dan akan dijaga di bawah batas maksimum yang ditetapkan undang-undang sebesar 70 persen.

    Selain itu, bank-bank memiliki tingkat cadangan modal yang lebih tinggi daripada persyaratan minimum, dan cadangan devisa negara tiga kali lebih besar daripada utang luar negeri jangka pendek, ujarnya.

    "Saya yakin ekonomi akan pulih pada kuartal keempat,"kata Ekniti. Pertumbuhan ekonomi hanya 1,2 persen secara tahunan pada kuartal ketiga, laju terlemah dalam empat tahun terakhir.

    Ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara, yang tertinggal dari negara-negara lain sejak pandemi, telah menghadapi berbagai tantangan tahun ini, termasuk tarif AS, utang rumah tangga yang tinggi, dan nilai tukar baht yang kuat.

    Dalam upaya untuk menstimulasi perekonomian, pemerintah telah meluncurkan skema subsidi konsumen sebesar 44 miliar baht (S$1,8 miliar), di antara langkah-langkah lainnya.

    Ekniti mengatakan bahwa minggu depan pemerintah akan menawarkan paket baru untuk mendukung usaha kecil dan mempertimbangkan langkah-langkah untuk mempercepat proyek-proyek investasi besar, yang bertujuan untuk meningkatkan investasi sebesar 200 miliar hingga 300 miliar baht pada tahun 2026.

    Menteri Perdagangan Suphajee Suthumpun mengatakan bahwa pemerintah berupaya meningkatkan daya saing perdagangan karena pertumbuhan ekspor Thailand diperkirakan akan melambat pada tahun 2026.

    "Kita masih menghadapi masalah baht yang kuat. Jika tidak dapat diatasi atau jika tetap menguat secara signifikan, hal itu pasti akan berdampak pada ekspor," ujarnya dalam forum tersebut.

    Baht telah menguat sebesar 5,6 persen terhadap dolar AS sepanjang tahun ini, menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia setelah ringgit Malaysia.

    Suphajee mengatakan negosiasi perjanjian dagang dengan AS sedang berlangsung, dengan Thailand sedang menggodok produk apa saja yang ingin dibebaskan dari tarif yang diberlakukan Washington.

    Ia mengatakan bahwa eksportir perlu mewaspadai kekhawatiran AS tentang transshipment, di mana negara ketiga mengarahkan ekspor melalui Thailand untuk menghindari tarif.

    "Dunia sedang berubah, dan semakin banyak investor yang ingin berinvestasi di Thailand. Namun, mereka perlu meningkatkan penggunaan konten lokal," ujarnya. (end/Reuters)