OJK DAN BI KOMITMEN PERKUAT EKOSISTEM KEUANGAN DIGITAL YANG AMAN DAN INKLUSIF
Share via
Terbit Pada
10 November 2025
31335857
IQPlus, (10/11) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmen kuatnya untuk memperkuat ekosistem keuangan digital di Indonesia. Komitmen ini bertujuan untuk memastikan layanan keuangan digital yang inovatif, inklusif, aman, dan berintegritas, seiring dengan tingginya adopsi teknologi oleh masyarakat.
Penegasan komitmen ini disampaikan oleh Anggota Dewan Komisioner OJK Ex-Officio Bank Indonesia, Juda Agung, dalam acara "OJK Mengajar" yang bertema "Inovasi Digital di Sektor Keuangan Indonesia: Mendorong Inovasi dan Mitigasi Risiko" di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, pada Jumat (7/11).
Dalam paparannya, Juda Agung menjelaskan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara dengan pertumbuhan digitalisasi tercepat di dunia. Fenomena ini didorong oleh karakter demografi yang didominasi oleh digital-native, tingginya kepemilikan perangkat seluler yang mencapai 125% dari jumlah penduduk, serta rata-rata waktu penggunaan layar (screen time) masyarakat Indonesia yang mencapai 7 jam per hari. Faktor-faktor ini secara kolektif mempercepat adopsi dan transformasi sektor jasa keuangan.
Transformasi digital ini telah mengakselerasi berbagai layanan keuangan, mulai dari pembayaran digital, perbankan digital, pembiayaan berbasis teknologi (fintech), investasi digital, hingga munculnya aset keuangan baru berbasis teknologi. Perkembangan ini tidak hanya mendorong efisiensi, tetapi juga telah memperluas inklusi keuangan, memberikan kemudahan akses bagi kelompok masyarakat yang sebelumnya sulit dijangkau, seperti pelaku UMKM, masyarakat di wilayah terpencil, dan generasi muda.
Meskipun inovasi membawa manfaat besar, Juda Agung mengingatkan bahwa pesatnya digitalisasi juga diikuti oleh peningkatan risiko kejahatan siber. Risiko tersebut mencakup penipuan digital (fraud), phishing, hingga ancaman serangan siber yang kompleks dan terkoordinasi. Oleh karena itu, mitigasi risiko dan pelindungan konsumen menjadi fokus utama OJK dan BI.
Untuk memperkuat pertahanan, OJK dan BI terus memperkuat pengaturan dan pengawasan, serta mengembangkan pemanfaatan artificial intelligence (AI) dan machine learning. Teknologi ini digunakan untuk meningkatkan deteksi dini dan pencegahan kejahatan keuangan digital, sekaligus memperkuat standar keamanan sistem secara keseluruhan.
Salah satu bentuk koordinasi konkret antara OJK dan BI adalah melalui pembentukan Indonesia Anti-Scam Centre (IASC). IASC berfungsi sebagai pusat kolaborasi nasional yang melibatkan regulator dan seluruh pelaku industri jasa keuangan, termasuk perbankan, penyedia uang elektronik, dan e-commerce. Kolaborasi ini bertujuan mempercepat penanganan penipuan digital dan memblokir dana secara lebih efektif dan terintegrasi.
Menutup sesi, Juda Agung juga menekankan sinergi antarotoritas di Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yang melibatkan OJK, Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Kementerian Keuangan. Melalui kegiatan "OJK Mengajar" yang merupakan rangkaian peringatan HUT ke-14 OJK, Perseroan berharap dapat mendorong generasi muda untuk berperan aktif sebagai agen literasi keuangan digital yang cerdas, etis, dan berdaya saing. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 150 mahasiswa dan civitas academica ITS. (end)
Riset Terkait
Berita Terkait
