KEPERCAYAAN KONSUMEN THAILAND TURUN LAGI DI BULAN AGUSTUS
Share via
Published On
11 September 2025
1757572710031061
IQPlus, (11/9) - Kepercayaan konsumen Thailand turun selama tujuh bulan berturut-turut pada bulan Agustus ke level terendah dalam 32 bulan terakhir akibat kekhawatiran akan pemulihan ekonomi yang lambat, ketidakstabilan politik, dan tarif AS, sebuah survei menunjukkan pada hari Kamis (11 September).
Namun, sentimen dapat membaik di bawah pemerintahan baru Thailand, kata Thanavath Phonvichai, presiden Kamar Dagang Universitas Thailand, yang melakukan survei tersebut.
Indeks konsumen universitas tersebut turun menjadi 50,1 pada bulan Agustus dari 51,7 pada bulan Juli, katanya. Survei tersebut dilakukan sebelum terpilihnya Anutin Charnvirakul sebagai perdana menteri baru negara itu minggu lalu.
"Indeks keyakinan konsumen terus menurun secara keseluruhan, menunjukkan potensi penurunan lebih lanjut jika stabilitas politik memburuk dan ekonomi gagal pulih dengan cepat di bawah langkah-langkah stimulus pemerintah," ujar Thanavath dalam konferensi pers.
Kemampuan pemerintah baru untuk memberikan hasil yang luar biasa dan nyata akan menjadi kunci untuk membalikkan penurunan keyakinan, ujarnya.
"Tren penurunan keyakinan konsumen dapat berbalik bulan depan, didorong oleh masa-masa sulit di mana semua orang memiliki pandangan positif dan harapan terhadap Perdana Menteri Anutin," kata Thanavath. "Kami melihat ini sebagai sesuatu yang optimis," tambahnya.
Anutin telah mengisyaratkan niatnya untuk memulihkan perekonomian Thailand yang sedang terpuruk dalam penunjukan Kabinet pertamanya.
Perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara ini diproyeksikan tumbuh sebesar 1,8 hingga 2,3 persen tahun ini, menurut badan perencanaan negara. Tingkat pertumbuhan tahun lalu sebesar 2,5 persen tertinggal dari negara-negara lain.
Amerika Serikat telah mengurangi tarif impor barang dari Thailand menjadi 19 persen dari 36 persen, tetapi masih terdapat ketidakpastian terkait tarif AS atas transshipment melalui Thailand dari negara ketiga.
Terkait perang dagang global, Thailand harus tetap kompetitif, ujar Thanavath. "Perhatian utama terletak pada baht, yang seharusnya tidak terlalu kuat."
Baht telah menguat 8 persen terhadap dolar AS sepanjang tahun ini, menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik kedua di antara mata uang Asia. (end/Reuters)
Related Research
News Related