INDUSTRI INDIA MULAI HADAPI BEBAN BERAT TARIF 50 PERSEN AS
Share via
Terbit Pada
03 September 2025
1756884268116413
IQPlus, (3/9) - Sejumlah industri padat karya di India mulai menghadapi beban berat saat ekspor terdampak signifikan setelah penerapan tarif 50 persen Amerika Serikat (AS) yang berlaku sepekan lalu.
Pemerintahan Trump telah memberlakukan tarif tambahan sebesar 25 persen untuk barang-barang India setelah negara Asia Selatan itu memilih untuk terus membeli minyak Rusia, sehingga menjadikan total pungutannya menjadi 50 persen.
Di antara industri padat karya yang diyakini akan sangat terdampak oleh tarif baru AS adalah tekstil, permata dan perhiasan, kulit, produk kelautan, serta barang-barang teknik.
Menurut laporan media dari kantor berita swasta India, Asian News International (ANI), industri benang dan rajutan menghadapi "ketidakpastian" akibat tarif 50 persen yang diberlakukan oleh AS.
Laporan tersebut mengutip keterangan dari seorang pekerja bernama Thangaraj di sebuah pabrik rajut di daerah Tiruppur di Negara Bagian Tamil Nadu, India selatan, yang mengatakan, "Saya telah bekerja di Tiruppur dalam 10 tahun terakhir. Saat ini, akibat penerapan pajak AS, produksi melambat. Jika situasi ini terus berlanjut, pekerjaan saya akan terancam,"
"Sejauh menyangkut Tiruppur, jika seseorang meninggalkan industri ini, tidak ada alternatif pekerjaan lain. Oleh karena itu, saya meminta pemerintah pusat dan negara bagian untuk segera mengambil tindakan yang tepat," ucapnya menambahkan.
Direktur pelaksana pabrik tekstil Prospper Exports Viswanadan mengatakan akibat pajak 50 persen yang diberlakukan oleh AS, pihaknya menghadapi dampak yang parah.
"Saat ini, kami mengekspor sekitar 10 persen dari produksi kami ke AS, dan hal itu kini menjadi beban bagi kami. Hampir semua produsen ekspor di Tiruppur sangat bergantung pada pasar AS; semua orang terkena dampaknya," kata dia.
Ia meminta pemerintah pusat dan negara bagian untuk bersama-sama mencari solusi.
"Akan sangat membantu jika kami diberikan pinjaman tanpa bunga," ujar dia.
Laporan media lainnya mengatakan setelah AS memberlakukan tarif sebesar 50 persen untuk sepatu kulit India, industri alas kaki di wilayah Agra di utara Negara Bagian Uttar Pradesh itu telah berhenti beroperasi. Dengan terhentinya produksi, pesanan, dan ekspor, para produsen memperingatkan tarif AS tidak hanya merugikan pelaku ekspor India, tetapi juga konsumen Amerika.
"Seiring dengan masuknya para pesaing global, pangsa pasar India sebesar 20 persen di pasar ekspor kulit yang sangat kompetitif kini terancam," menurut laporan itu.
Agra merupakan salah satu pusat manufaktur sepatu di India utara. (end/ant/xinhua)
Riset Terkait
Berita Terkait