BCA Sekuritas
    langid
    Berita Harian

    IHSG ANJLOK KARENA KEKHAWATIRAN PERUBAHAN PEMBOBOTAN MSCI

    Terbit Pada

    27 October 2025

    29958722

    IQPlus, (27/10) - Saham Indonesia anjlok paling dalam dalam lebih dari enam bulan setelah makalah konsultasi MSCI menimbulkan kekhawatiran tentang potensi pembobotan ulang saham lokal.

    Dokumen ini meminta masukan tentang cara memperkirakan jumlah saham beredar bebas (free float) sekuritas Indonesia ukuran saham yang tersedia untuk diperdagangkan publik di pasar terbuka. Perubahan yang diusulkan pada perhitungan jumlah saham beredar bebas dapat mengurangi bobot indeks beberapa perusahaan.

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga 3,8 persen, penurunan terbesar sejak 8 April. Saham-saham yang paling terdampak termasuk Dian Swastatika Sentosa dan Barito Renewables Energy, yang sebelumnya disebut sebagai sekuritas yang akan terdampak oleh perubahan tersebut.

    Usulan tersebut, jika disahkan, "akan mempersulit saham Indonesia untuk masuk ke dalam Indeks MSCI", kata Aldo Perkasa, kepala riset di Trimegah Sekuritas Indonesia. "Pasar tampaknya meragukan apakah saham-saham yang terkait dengan taipan, seperti Barito Renewables Energy, dapat dimasukkan ke dalam indeks."

    Perusahaan lokal umumnya diwajibkan untuk mengungkapkan pemegang saham yang memiliki saham sebesar 5 persen atau lebih, meskipun metode pengumpulan data dapat bervariasi. MSCI telah mengusulkan perluasan definisi saham beredar bebas (free float) bagi perusahaan lokal, menurut makalahnya, yang dapat menghasilkan bobot indeks yang lebih rendah, mengingat penyusun menggunakan metodologi kapitalisasi pasar yang disesuaikan dengan saham beredar bebas (free float).

    Saham Indonesia menyumbang sekitar 1,1 persen dari Indeks MSCI Emerging Markets per akhir September.

    Topik ini telah memicu perdebatan di kalangan investor dalam beberapa tahun terakhir, karena banyak saham terbesar di negara ini memiliki rasio free-float yang relatif rendah. Indonesia memiliki proporsi saham tertinggi pada indeks acuan dengan free-float kurang dari 10 persen, dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, menurut data yang dihimpun Bloomberg.

    Tidak jelas kapan laporan tersebut, yang bertanggal September 2025, dirilis. Beberapa analis mengatakan catatan itu diedarkan ke komunitas investasi hanya pada hari Senin (27 Oktober), yang mungkin telah digunakan sebagai alasan untuk mengambil keuntungan setelah IHSG mencatat lima hari terbaiknya sejak Agustus pekan lalu.

    Bagi sebagian orang, episode ini menyoroti volatilitas pasar Indonesia salah satu yang paling bergejolak di kawasan ini. Awal tahun ini, beberapa saham termasuk Barito dan Petrindo Jaya Kreasi anjlok setelah MSCI mengatakan tidak ada rencana untuk memasukkan mereka ke dalam indeks pasar investasi Indonesia.

    "Episode itu masih segar dalam ingatan para pedagang, sehingga para pelaku pasar menjual terlebih dahulu dan menunggu kejelasan kemudian," kata Tareck Horchani, kepala divisi pialang utama di Maybank Securities di Singapura. (end/Bloomberg)