HARGA MINYAK RABU SIANG ALAMI PELEMAHAN
Share via
Terbit Pada
03 September 2025
1756882691818384
IQPlus, (3/9) - Harga minyak melemah di Asia pada hari Rabu, tetapi bertahan mendekati level tertinggi dalam satu bulan akibat sanksi baru AS terhadap jaringan perusahaan pelayaran dan kapal, sementara para pedagang menantikan pertemuan OPEC+ akhir pekan ini.
Minyak mentah Brent turun 16 sen, atau 0,2%, menjadi $68,98 per barel pada pukul 06.45 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 13 sen, atau 0,2%, menjadi $65,46 per barel.
Indeks acuan ditutup naik lebih dari 1% pada sesi sebelumnya setelah AS memberlakukan sanksi baru pada jaringan perusahaan pelayaran dan kapal yang dipimpin oleh seorang pengusaha keturunan Irak-Kittitian karena menyelundupkan minyak Iran yang disamarkan sebagai minyak Irak.
Harga minyak berjangka terus didukung oleh sanksi baru yang menandakan kemungkinan pengetatan pasokan di masa mendatang, ujar Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova.
"Volatilitas struktural masih berlanjut, dengan sanksi terhadap Iran dan titik-titik panas geopolitik yang membentuk premi risiko dan menjaga harga minyak mentah tetap stabil di dekat level kekuatan terkini," kata Sachdeva.
Pasar juga menantikan hasil pertemuan delapan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya pada 7 September.
Para analis mengatakan kelompok tersebut kemungkinan besar tidak akan membuat perubahan lebih lanjut pada produksi untuk saat ini.
"Risiko geopolitik terus memengaruhi tren harga minyak. Pasar sedang memantau pertemuan OPEC mendatang dan tetap waspada terhadap peningkatan lebih lanjut yang akan menyebabkan kelebihan pasokan," kata Emril Jamil, analis senior di LSEG.
Stok minyak mentah AS diperkirakan turun pekan lalu, begitu pula dengan stok distilat dan bensin, menurut jajak pendapat awal Reuters pada hari Selasa.
Tiga analis yang disurvei Reuters menjelang data inventaris mingguan memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah turun sekitar 3,4 juta barel dalam pekan hingga 29 Agustus.
Namun, data ekonomi yang lemah membuat harga tetap terkendali. Manufaktur AS mengalami kontraksi selama enam bulan berturut-turut karena tarif Presiden Donald Trump menekan kepercayaan bisnis dan aktivitas ekonomi, membebani prospek permintaan minyak. (end/Reuters)
Riset Terkait
Berita Terkait