HARGA MINYAK BERTAHAN DI LEVEL TERTINGGI DUA MINGGU
Share via
Kategori
Komoditi
Terbit Pada
08 December 2025
34152640
IQPlus, (8/12) - Harga minyak bertahan di level tertinggi dalam dua minggu pada hari Senin karena investor memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga Federal Reserve AS minggu ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi, sembari memantau risiko geopolitik yang mengancam pasokan Rusia dan Venezuela.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 14 sen, atau 0,22%, menjadi $63,89 per barel pada pukul 07.22 GMT, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di level $60,23, naik 15 sen, atau 0,25%.
Kedua kontrak tersebut ditutup pada level tertinggi sejak 18 November pada sesi perdagangan Jumat.
Pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga seperempat poin sebesar 84% pada pertemuan The Fed hari Selasa dan Rabu, menurut data LSEG.
Namun, komentar anggota dewan menunjukkan bahwa pertemuan tersebut kemungkinan akan menjadi salah satu yang paling memecah belah dalam beberapa tahun terakhir, yang meningkatkan fokus investor terhadap arah kebijakan dan dinamika internal bank.
Di Eropa, kemajuan dalam perundingan damai Ukraina masih lambat, dengan sengketa jaminan keamanan untuk Kyiv dan status wilayah yang diduduki Rusia masih belum terselesaikan. Para pejabat AS dan Rusia juga memiliki pandangan yang berbeda mengenai proposal perdamaian yang diajukan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
"Berbagai potensi hasil dari dorongan terbaru Trump untuk mengakhiri perang dapat memicu fluktuasi pasokan minyak lebih dari 2 juta barel per hari," ujar analis ANZ dalam catatan klien.
Analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar, mengatakan gencatan senjata merupakan risiko penurunan utama terhadap prospek harga minyak, sementara kerusakan berkelanjutan pada infrastruktur minyak Rusia merupakan risiko kenaikan yang signifikan.
"Kami pikir kekhawatiran kelebihan pasokan pada akhirnya akan terwujud, terutama karena aliran minyak dan produk olahan Rusia pada akhirnya akan menghindari sanksi yang ada, yang mendorong harga berjangka untuk secara bertahap bergerak menuju $60/barel hingga tahun 2026," kata Dhar dalam catatan klien. (end/Reuters)
Riset Terkait
Berita Terkait
