GARUDA INDONESIA ANGKUT BENDA BERSEJARAH YANG DISIMPAN DI BELANDA
Share via
Terbit Pada
07 October 2025
1759816704017130
IQPlus, (7/10) - Penerbangan pesawat Garuda Indonesia GA-89, yang mendarat di Bandara International Soekarno-Hatta pada Kamis (30/9/2025) menandai tahap awal proses pengembalian benda-benda bersejarah milik Indonesia yang disimpan di Belanda.
Benda-benda yang direpatriasi melalui penerbangan Garuda Indonesia tersebut, antara lain ratusan buku dan naskah kuno, serta berbagai arsip dan dokumen lain yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Proses pengembalian benda-benda bersejarah ini merupakan bagian dari kesepakatan antara Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Raja Belanda Willem-Alexander saat kunjungan kerja Presiden ke Istana Huis ten Bosch, Den Haag, Belanda, pada 26 September 2025.
Setibanya di Tanah Air, benda-benda tersebut langsung diserahterimakan kepada perwakilan Kedutaan Besar RI di Den Haag yang turut serta dalam penerbangan tersebut.
Direktur Utama Wamildan Tsani menyatakan, Garuda Indonesia merasa terhormat dapat berperan aktif untuk memulangkan benda-benda yang telah menjadi bagian penting dalam perjalanan bangsa Indonesia.
"Dengan standar kualitas layanan penerbangan terbaik yang senantiasa kami hadirkan di seluruh penerbangan Garuda Indonesia, benda bersejarah yang merupakan kekayaan bangsa tersebut kami tangani dengan penuh kehati-hatian sesuai prosedur yang berlaku," jelasnya.
Setelah pemulangan tahap awal ini, Garuda Indonesia akan terus berkoordinasi dengan Tim Repatriasi Kementerian Kebudayaan RI dan pemangku kepentingan lain untuk dapat mendukung proses tahapan repatriasi selanjutnya.
Wamildan menambahkan, sebagai maskapai pembawa bendera bangsa, Garuda Indonesia telah berperan menjadi jembatan bagi hubungan politik, ekonomi, dan sosial Indonesia dan Belanda.
"Melalui partisipasi kami di proses repatriasi ini, Garuda Indonesia bertekad untuk terus mendukung bukan hanya konektivitas Indonesia dan Belanda, namun juga misi besar untuk makin mempererat hubungan antar-kedua negara," tutup Wamildan. (end)
Riset Terkait
Berita Terkait