BCA Sekuritas
    langid
    Berita Harian

    EKSPOR MALAYSIA ALAMI PERLAMBATAN PERTUMBUHAN PADA AGUSTUS

    Terbit Pada

    19 September 2025

    1758273074797218

    IQPlus, (19/9) - Ekspor Malaysia alami pertumbuhan lebih lambat dari perkiraan karena tarif AS yang lebih tinggi yang mulai berlaku bulan lalu mengganggu perdagangan negara Asia Tenggara itu dengan ekonomi terbesar di dunia.

    Ekspor meningkat 1,9 persen pada Agustus dibandingkan tahun sebelumnya, menurut Kementerian Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia. Angka ini lebih rendah dari estimasi median 3 persen dalam survei Bloomberg.

    Pengiriman ke AS turun 16,7 persen secara tahunan, sementara impor turun 36,7 persen. Perdagangan dengan mitra dagang utamanya merosot sebesar 25 persen.

    "Penurunan perdagangan secara keseluruhan dengan AS mungkin mencerminkan dampak awal dari penyesuaian tarif baru-baru ini yang diberlakukan oleh pemerintah AS," ujar Kementerian Perdagangan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.

    Kementerian Perdagangan mendesak para eksportir untuk meningkatkan dan mendiversifikasi penawaran produk mereka serta memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas dengan negara lain untuk mengurangi dampak dari kekacauan perdagangan global yang diakibatkan oleh perubahan kebijakan. AS yang menyumbang 10,6 persen dari total perdagangan Malaysia mengenakan tarif sebesar 19 persen atas barang-barang dari negara Asia tersebut efektif per 7 Agustus, lebih rendah dari tarif 25 persen yang diancamkan Trump pada bulan Juli.

    Ekspor ke Tiongkok yang menyumbang sekitar 18 persen dari total perdagangan Malaysia naik 10,4 persen bulan lalu, membantu mengimbangi penurunan pengiriman ke AS.

    Bulan lalu, Bank Sentral Malaysia memperingatkan bahwa ekspor akan melambat hingga akhir tahun 2025, dan pada bulan Juli menurunkan proyeksi pertumbuhannya untuk tahun ini menjadi 4 persen hingga 4,8 persen, dari yang sebelumnya mencapai 5,5 persen. Bank Negara Malaysia memangkas suku bunga acuannya untuk pertama kalinya dalam lima tahun pada bulan Juli sebagai langkah antisipasi untuk mendukung perekonomian. Otoritas moneter juga menggelontorkan lebih banyak dana ke dalam sistem perbankan untuk mendorong penyaluran kredit dan membantu meningkatkan aktivitas. (end/Bloomberg)