EKSPANSI PERUSAHAAN TIONGKOK DI INDONESIA DORONG SURPLUS ALUMINIUM
Share via
Terbit Pada
28 October 2025
30029490
IQPlus, (28/10) - Ekspansi besar-besaran produksi aluminium di Indonesia yang didorong oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok diperkirakan akan mendorong pasar global menuju surplus tahun depan, yang akan menurunkan harga logam yang banyak digunakan dalam industri transportasi ini.
Tiga smelter baru yang didukung Tiongkok hampir selesai dibangun di sana, termasuk Juwan milik Xinfa-Tsingshan di Weda Bay dan Taijing di Kawasan Industri Morowali Indonesia, serta proyek Adaro-Kaltara di Kalimantan Utara.
Indonesia mengekspor 325.293 metrik ton aluminium antara Januari dan Agustus tahun ini, naik 67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dibandingkan dengan 10.713 ton dalam delapan bulan pertama tahun 2023, menurut Trade Data Monitor.
"Laju pertumbuhan pasokan Indonesia akan memainkan peran kunci dalam membentuk keseimbangan pasar dan harga aluminium," kata Ross Strachan, analis di konsultan CRU.
Produksi primer aluminium, yang juga digunakan dalam konstruksi dan pengemasan, diperkirakan akan melampaui 72 juta ton tahun ini.
Goldman Sachs memproyeksikan surplus pasar aluminium global sebesar 1,5 juta ton pada tahun 2026 dan 2 juta ton pada tahun 2027, dengan produksi primer Indonesia meningkat dari 815.000 ton pada tahun 2025 menjadi 1,6 juta ton pada tahun 2026 dan 2,5 juta ton pada tahun 2027.
"Pasokan baru dari Indonesia secara efektif mengatasi kesenjangan pasokan global yang sebelumnya kita lihat terbentuk ketika Tiongkok mencapai batas kapasitas peleburannya, setidaknya untuk dekade ini," kata bank tersebut dalam sebuah catatan awal bulan ini.
Goldman memperkirakan harga aluminium akan turun menjadi $2.350 per metrik ton pada kuartal keempat tahun 2026, di atas persentil ke-90 estimasi biaya smelter. Ini berarti 90% smelter aluminium diperkirakan akan berproduksi dengan biaya di bawah level tersebut, sehingga jika harga tetap di atas level tersebut, sebagian besar smelter tetap menguntungkan.
Aluminium tiga bulan di London Metal Exchange diperdagangkan sekitar $2.873 per metrik ton pada hari Senin.
Macquarie memperkirakan produksi aluminium primer Indonesia akan mendorong pasar mencapai surplus 390.000 ton tahun depan.
Namun, Macquarie memperkirakan defisit akan kembali terjadi dalam jangka panjang seiring Tiongkok mencapai batas kapasitasnya dan permintaan meningkat.
Produksi aluminium Tiongkok hampir mencapai batas yang ditetapkan sebesar 45 juta ton, sehingga membatasi pertumbuhan di masa mendatang. (end/Reuters)
Riset Terkait
Berita Terkait
