BCA Sekuritas
    langen
    Daily News

    INDIA BANTAH RAUP UNTUNG DARI IMPOR MINYAK RUSIA

    Published On

    01 September 2025

    24356896

    IQPlus, (1/9) - India tidak "mencari untung" dari impor minyak Rusia, dan pembeliannya telah menstabilkan pasar sekaligus menjaga harga agar tidak naik hingga $200 per barel, ujar Hardeep Singh Puri, menteri perminyakan negara itu, di surat kabar Hindu pada hari Senin.

    AS telah menargetkan India atas pembelian minyak Rusianya, dengan Presiden Donald Trump mengenakan tarif pada ekspor India ke AS untuk mencegah pembelian minyak mentah negara itu.

    Menteri Keuangan Scott Bessent menuduh India mengambil untung dengan mengimpor minyak Rusia dengan harga lebih rendah dan kemudian menjual kembali bahan bakar olahan dengan harga lebih tinggi. Penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, mengatakan pembelian minyak India mendanai perang Moskow di Ukraina.

    "Beberapa kritikus menuduh bahwa India telah menjadi 'laundry' untuk minyak Rusia. Hal itu sama sekali tidak benar," tulis Puri dalam sebuah editorial.

    Komentar Puri muncul saat Perdana Menteri Narendra Modi bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Tiongkok dalam sebuah pertemuan puncak regional.

    India telah muncul sebagai pembeli terbesar minyak Rusia yang diangkut melalui laut. Negara tersebut telah memanfaatkan diskon untuk minyak tersebut karena Rusia mencari pembeli baru setelah negara-negara Eropa dan AS menghindari pembelian dan menjatuhkan sanksi kepada Moskow atas invasinya ke Ukraina pada Februari 2022.

    "Minyak Rusia tidak pernah dikenai sanksi seperti minyak mentah Iran atau Venezuela; minyak tersebut berada di bawah sistem pembatasan harga G-7/Uni Eropa yang sengaja dirancang untuk menjaga aliran minyak sekaligus membatasi pendapatan," kata Puri.

    Ia mengatakan setiap transaksi minyak India dilakukan menggunakan "pengiriman dan asuransi yang sah, pedagang yang patuh, dan saluran yang diaudit".

    "India tidak melanggar aturan. India telah menstabilkan pasar dan mencegah lonjakan harga global".

    "Kebenaran yang lebih besar adalah ini - tidak ada pengganti bagi produsen terbesar kedua di dunia yang memasok hampir 10% minyak global", tambahnya. (end/Reuters(