IMPOR BATU BARA TIONGKOK DIPERKIRAKAN MELONJAK
Share via
Published On
25 August 2025
23635857
IQPlus, (25/8) - Impor batu bara seaborne Tiongkok diperkirakan akan melonjak ke level tertingginya tahun ini pada bulan Agustus, sementara impor India, pembeli utama lainnya, merosot ke level terendah dalam 3,5 tahun.
Tren yang berbeda di antara dua negara pengimpor bahan bakar terbesar dunia yang utamanya digunakan untuk menghasilkan listrik sebagian besar mencerminkan interaksi di pasar domestik mereka dalam hal produksi batu bara dan meningkatnya penggunaan energi terbarukan.
Impor batubara termal melalui laut Tiongkok diperkirakan naik menjadi 25,63 juta metrik ton pada bulan Agustus, naik dari 22,77 juta pada bulan Juli dan merupakan yang tertinggi sejak Desember tahun lalu, menurut data yang dikumpulkan oleh analis komoditas Kpler.
Impor dari eksportir batu bara termal terbesar, Indonesia, berada di jalur untuk mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir, yaitu 16,13 juta ton, sementara impor dari Australia, yang berada di peringkat kedua, diperkirakan akan meningkat untuk bulan ketiga berturut-turut menjadi 5,84 juta ton.
Peningkatan impor batu bara termal laut Tiongkok ini sekilas tampak tidak sesuai dengan data resmi yang menunjukkan penurunan pembangkit listrik termal sebesar 1,3% selama periode Januari-Juli, di tengah meningkatnya produksi tenaga air dan energi terbarukan.
Namun, pembangkit listrik tenaga termal, yang di Tiongkok sebagian besar menggunakan batu bara dengan kontribusi kecil dari gas alam, naik 4,3% pada bulan Juli dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, menurut data yang dirilis pada 15 Agustus.
Pada saat yang sama, produksi batu bara domestik Tiongkok menurun dengan output bulan Juli sebesar 380,99 juta ton, turun 3,8% dibandingkan bulan yang sama tahun lalu dan merupakan yang terendah sejak April 2024.
Pembangkitan termal yang lebih tinggi dan output batu bara yang lebih rendah cukup untuk memicu minat beli dari Tiongkok, sementara harga batu bara termal yang rendah juga membantu meningkatkan permintaan impor.
Batubara Indonesia dengan kandungan energi 4.200 kilokalori per kilogram (kkal/kg), sebagaimana dinilai oleh lembaga pelaporan harga komoditas Argus, turun ke level terendah dalam empat tahun terakhir, yaitu $40,45 per ton, pada pekan yang berakhir 4 Juli.
Minat beli yang lebih kuat dari Tiongkok telah menyebabkan pemulihan harga yang ringan, yang naik ke level tertinggi dua bulan terakhir, yaitu $43,33 per ton, pada pekan yang berakhir 22 Agustus.
Dinamika serupa juga terjadi pada jenis utama batubara Australia yang dicari Tiongkok, yaitu yang memiliki kandungan energi 5.500 kkal/kg. (end/Reuters)
Related Research
News Related