BCA Sekuritas
    langen
    Daily News

    BANK MANDIRI: KREDIT HILIRISASI MINERAL CAPAI RP35,75 TRILIUN PER JUNI

    Published On

    12 September 2025

    1757636837936467

    IQPlus, (12/9) - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat, penyaluran kredit ke industri hilirisasi mineral mencapai Rp35,75 triliun per Juni 2025 atau tumbuh 15,65 persen year on year (yoy) dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp30,91 triliun.

    Pembiayaan tersebut telah digunakan untuk mendukung pengembangan smelter nikel, tembaga, aluminium, dan refinery emas. Penyaluran kredit tersebut, catat perseroan, juga diikuti dengan kualitas kredit yang terjaga secara optimal hingga paruh pertama 2025.

    "Sinergi ini merupakan bentuk komitmen Bank Mandiri untuk mendukung agenda hilirisasi nasional, meningkatkan ketahanan energi, memperluas lapangan kerja, dan memperkuat pertumbuhan ekonomi kerakyatan," kata Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

    Ashidiq atau akrab disapa Ossy menambahkan, pihaknya optimis perekonomian Indonesia akan semakin bertumbuh dengan mengakselerasi sektor hilirisasi mineral.

    Menurutnya, dukungan terhadap hilirisasi akan meningkatkan nilai tambah komoditas sumber daya alam (SDA) dengan mengolahnya menjadi produk setengah jadi atau produk jadi.

    Selain itu, proses hilirisasi membutuhkan lebih banyak tenaga kerja, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan berkualitas bagi masyarakat.

    Lebih lanjut, dengan mengurangi ketergantungan ekspor bahan mentah, Indonesia dapat membangun industri hilir yang kuat, meningkatkan diversifikasi ekonomi, dan mengurangi defisit neraca perdagangan.

    Dukungan ini, tegas perseroan, sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya cita-cita membangun kedaulatan ekonomi melalui industrialisasi, penciptaan lapangan kerja, dan hilirisasi sumber daya alam.

    "Kami optimis hilirisasi akan menjadi katalis utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bank Mandiri akan konsisten mendukung sektor prioritas ini dengan prinsip kehati-hatian dan pengelolaan risiko yang baik," kata Ossy. (end/ant)